Salah satu jenis bakteri halofilik (pengamatan makroskopis) |
Bakteri halofilik merupakan salah satu
kelompok mikroorganisme yang dapat hidup di lingkungan berkadar garam tinggi
(Ventosa dan Nieto, 1995). Lingkungan berkadar garam tinggi antara lain danau
air asin (Great Salt, Lakes,Utah),
kolam penguapan di ladang pemanenan garam dari air laut, tanah atau gurun
berkadar garam tinggi, bahkan makanan yang diawetkan dengan penggaraman,
contohnya ikan asin, keju, ikan sarden, hering dan ikan cod (Ledernberg, 1992).
Kadar garam dilingkungan bakteri halofilik tersebut berkisar antara 2% hingga
30% (Ford, 1993) sedangkan pertumbuhan optimalnya di kadar garam 3%hingga 15%
(Coronado et al.,1999).
Habitat
Bakteri halofilik merupakan salah satu
mikroorganisme yang pertumbuhannya
tergantung pada kadar NaCl (Pelczar dan Chan, 1988), oleh karena itu bakteri halofilik dengan mudah dapat
ditemukan di lingkungan yang berkadar
garam (Madigan et al., 2000). Kadar
NaCl habitat bakteri halofilik berkisar
antara 2% (setara dengan 0,3 M) hingga 30% (setara dengan 5 M) (Ventosa dan
Nieto, 1995).
Tempat-tempat yang memiliki kadar NaCl
dengan kisaran 2% hingga 30% antara
lain, permukaan tanah yang terletak di dekat Laut Merah memiliki kadar NaCl sebesar 2% (Ventosa et al., 1998), Bledug Kuwu memiliki air asin (air untuk pembuatan
garam) dengan kadar NaCl 5%-6% dan lumpurnya mengandung kadar NaCl 8% (Pangastuti
et al., 2002). Kadar NaCl 9% dapat
ditemui misalnya di Danau Mono (California) sedangkan kadar NaCl 19% misalnya
di ikan bachalao yang diawetkan dengan penggaraman. Kadar NaCl jenuh (lebih
dari 20%) dapat ditemui di kedalaman danau air asin di daerah Vestfold Hills, Antartika (Ventosa et al., 1998) dan Great Salt Lakes, Utah
(Madigan et al.,2000).
Faktor-Faktor Keberadaan
Faktor Keberadaan Bakteri halofilik salah satunya yaitu
konsentrasi NaCl. Bakteri halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal
tertentu untuk per- tumbuhannya. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan
optimum bervariasi, yaitu 5-20 % untuk bakteri halofilik sedang, dan 20-30 % untuk
bakteri halofilik ekstrem. Spesies yang tumbuh baik pada medium yang
mengandung 2-5% garam disebut halofilik ringan. Beberapa bakteri
halotoleran (tahan garam), yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau
tanpa garam. Bakteri halofilik dan halotoleran sering ditemukan pada
makanan berkadar garam tinggi atau didalam larutan garam. Bakteri-bakteri
tersebut diantaranya tergolong dalam jenis Halo- bacterium, Halococcus,
Sarcina, Micrococcus, Pseudomonas, Vibrio, Pedio- coccus dan Alcaligenes
(Ruyitno, 1984). Bakteri laut 95%
adalah gram negatif, sebagian aktif bergerak, 70% mengandung pigmen dan
mempunyai toleransi yang besar terhadap suhu tetapi sensitif pada suhu tinggi
(Pelczar, 1986).
Klasifikasi
Bakteri halofilik hidup di lingkungan dengan kadar NaCl
2% hingga lingkungan yang memiliki kadar NaCl jenuh (lebih dari 20%) (Ford,
1993) tetapi tingkat kebutuhan bakteri halofilik terhadap NaCl untuk
pertumbuhannya berbeda-beda.
Bakteri halofilik terbagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan NaCl untuk pertumbuhannya yaitu slight halophiles, halofilik moderat dan
halofilik ekstrem. Slight halophiles
hidup di kadar NaCl 0,2-2,0 M dengan pertumbuhan optimal terjadi di kadar NaCl
0,2-0,5 M, misalnya bakteri laut. Halofilik moderat hidup di kadar NaCl 0,4-3,5
M dengan pertumbuhan optimal terjadi di kadar NaCl 0,5-2,5 M. Halofilik ekstrem
hidup di kadar NaCl 2,0-5,2 M dengan pertumbuhan optimal terjadi di kadar NaCl
2,5-5,2 M (kadar NaCl jenuh) (Ford, 1993).
Lingkungan dengan kadar NaCl tinggi
memiliki potensial air atau aktivitas air yang rendah dan konsentrasi ion
anorganiknya tinggi (Grammann et al.,2002).
Untuk melindungi aktivitas metabolisme bakteri halofilik pada habitat dengan
salinitas tinggi (2%-30%) tersebut dan mencegah hilangnya air dari dalam sel
maka bakteri halofilik mengakumulasi compatible
solute. Compatible solutedidefinisikan
sebagai molekul organik terlarut, sifatnya netral, berat molekulnya kecil dan
tidak bercampur dengan hasil metabolisme sel. Compatible solutedisintesis dari
dalam sel atau diambil dari medium (Roebler dan Muller, 2002).
Menurut Ventosa et al. (1998) compatible solute, berdasarkan berat molekulnya,
terdiri dari beberapa kelompok yaitu asam amino (misalnya alaninyang disintesis
oleh Halomonas elongata, glisin yang
disintesis oleh Halobacillus halophilus,
prolin yang disintesis oleh Salinicoccus
roseus dan Salinicoccus hispanicus),
glycine betain (Barth, 2000) yang
disintesis oleh Halobacillus halophilus (Roebler
dan Muller, 2002) dan Halomonas elongata
(Canovas et al., 2002), ectoin dan hydroxyectoin disintesis oleh Halomonas elongata (Grammann et al., 2002). Kelompok compatible solute lain yaitu sakarida
(trehalosa dan sukrosa), polyols
(misalnya gliserol yang disintesis oleh alga halofilik, Dunaliella) (Ventosa dan Nieto, 1995), cholin dan cholin-O-sulfate
yang disintesis oleh Halomonas elongata
(Canovas et al., 1998).
Peranan
Bakteri halofilik dapat bersifat
merugikan tetapi dapat juga dikembangkan potensi enzim dan compatible solute-nya. Bakteri halofilik dapat merusak makanan yang
diawetkan dengan penggaraman, misalnya ikan asin, keju atau medium untuk
menumbuhkan mikroorganisme (cultur media)
(Ford, 1993). Bakteri halofilik juga menyebabkan penurunan kualitas pada bisnis
kulit (Meral dan Cenk, 2003). Potensi enzim dan compatible solute bakteri halofilik juga banyak diteliti dan
dimanfaatkan dalam bidang bioteknologi.
Untuk kepentingan industri, enzim
ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri halofilik merupakan produk yang
bernilai komersial, terlebih lagi enzim tersebut mampu beraktivitas optimal
pada kondisi kadar garam tinggi. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang dikeluarkan
dari dalam sel yang kemudian berdifusi ke lingkungan atau diangkut ke organ
lain pada makhluk hidup bersel banyak (Suhartono, 1989). Enzim-enzim tersebut
merupakan enzim hidrolase, yaitu amilase, nuklease fosfatase, protease
(Coronado et al., 2000) dan
polisakaridase. Enzim-enzim tersebut berperan sebagai biokatalis dalam proses
industri yang berlangsung pada kondisi ekstrem, kondisi yang melibatkan
salinitas tinggi, misalnya industri pembuatan detergen (Madigan et al., 2000)
atau kondisi dengansumber karbon yang sedikit, misalnya industri oli, industri
kosmetik, dan industri obat-obatan. Enzim lain, organophosphorus acid anhydrase, dapat digunakan untuk mendegradasi
ikatan toksik organo-phosphorus
(Ventosa dan Nieto, 1995). Bakteri halofilik juga menghasilkan enzim yang dapat
mendegradasi selulosa (Vreeland et al.,
1998).
Dalam industri makanan, Tetragenococcus halophilus digunakan
sebagai starter dalam pembuatan kecap dengan kadar NaCl 3 M. Adanya
mikroorganisme tersebut dapat menaikkan kekentalan kecap dengan kandungan sel
bakteri hingga 10 8 CFU/ml (Ventosa et
al., 1998).
Compatible solute yang
diakumulasi oleh bakteri halofilik juga dimanfaatkan dalam bioteknologi sebagai
stabilisator dalam teknologi enzim (teknologi biosensor, PCR, dll.) dan untuk
industri kosmetik (Ventosa dan Nieto, 1995). Ventosa et al (1998) menyebutkan bahwa glycine
betain dan ectoindigunakan
sebagai stabilisator pada industri obat-obatan. Mekanisme akumulasi compatible solute pada bakteri halofilik
juga menjadi model untuk mempelajari adaptasi osmotik prokariota secara
molekuler (Canovas et al., 1998).
Rekayasa genetika memanfaatkan gen
bakteri halofilik (gen yang mengkode sifat dapat beradaptasipada salinitas
tinggi) untuk ditransfer ke tanaman yang akan ditumbuhkan ditanah berkadar
garam atau air payau, seperti gandum, padi, atau barley. Selain sifat tersebut, gen bakteri halofilik dimanfaatkan
untuk rekayasa genetika karena bakteri halofilik mudah tumbuh dalam lingkungan
laboratorium yang memiliki kondisi aseptik minimum (Ventosa dan Nieto, 1995).
bakteri yang dipakai di limbah ikan laut
BalasHapus