Taman Nasional Alas Purwo (T.N. Alas Purwo) adalah taman nasional yang terletak di
Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8° 26' 45"–8° 47' 00" LS dan 114° 20' 16"–114° 36' 00" BT. T.N. Alas Purwo mempunyai luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu :
Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8° 26' 45"–8° 47' 00" LS dan 114° 20' 16"–114° 36' 00" BT. T.N. Alas Purwo mempunyai luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu :
- Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 Ha
- Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 Ha
- Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha
- Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 Ha.
Rata – rata curah hujan 1000 – 1500 mm per tahun
dengan temperatur 22°-31° C, dan kelembaban udara 40-85 %. Wilayah T.N. Alas Purwo sebelah Barat menerima curah hujan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan wilayah sebelah Timur. Dalam keadaan biasa, musim di T.N. Alas Purwo pada bulan April sampai Oktober adalah musim kemarau dan bulan
Oktober sampai April adalah musim hujan.
Secara umum tipe hutan di kawasan T.N. Alas Purwo merupakan
hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, ±
40 % dari total luas hutan yang ada. Sampai saat ini telah tercatat
sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana,
dan pohon. Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di T.N. Alas Purwo dapat di
kelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrov, hutan
tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground).
Keanekaragaman jenis fauna di kawasan T.N. Alas Purwo secara garis
besar dapat dibedakan menjadi 4 kelas yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia.
Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Lutung (Trachypithecus auratus), Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), dan Biawak (Varanus salvator).
Burung yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 236
jenis terdiri dari burung darat dan burung air, beberapa jenis diantaranya
merupakan burung migran yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 39 jenis.
Jenis burung yang mudah dilihat antara lain : Ayam Hutan (Gallus gallus), Kangkareng (Antracoceros coronatus), Rangkok (Buceros undulatus), Merak (Pavo muticus) dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris). Sedangkan untuk
reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis.
Iklim dan Topografi
1. Iklim
Menurut
sistem klasifikasi Schmidth dan Ferguson daerah sekitar Taman Nasional Alas
Purwo memiliki tipe iklim sekitar D (agak lembab) sampai E (agak kering).
Secara administrasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo masuk dalam wilayah
Kabupaten Banyuwangi sehingga untuk data iklim kawasan Taman Nasional Alas
Purwo diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi.
Berdasarkan
hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada tahun 2012, didapatkan
untuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo memiliki curah hujan yang tidak merata
sepanjang tahun. Curah hujan bulanan mulai dari 0 – 500 mm, dengan bulan basah
terjadi pada bulan Nopember sampai Mei dan bulan kering terjadi pada bulan Juni
sampai Oktober.
Temperatur
udara rata-rata tiap bulannya mulai 25,5ºC – 28,2 ºC dengan temperatur maksimum
34,8 ºC pada Bulan Desember 2012 dan minimum 19,8 ºC pada Bulan Agustus 2012.
Untuk tekanan udara rata-rata tiap bulannya mulai 1.008,1 mb sampai 1.013,3 mb
dengan tekanan maksimum 1.015,5 mb pada Bulan Juli 2012 dan minimum 1.004,3 mb
pada Januari 2012. Kelembaban udara rata-rata tiap bulannya mulai 76,8 %
sampai 86,5 % dengan kelembaban maksimum 96,1 % pada Bulan Mei 2012 serta juli
dan minimum 57,7 % pada Bulan Maret 2012.
Topografi
Secara umum Kawasan Taman Nasional Alas Purwo
mempunyai topografi landai yang membentang dari ketinggian mulai dari 0 – 322 m
dpl dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis. Areal curam berkembang pada
batugamping berumur Miosen-Pliosen yang terangkat ke permukaan karena ada
interaksi antara Lempeng Samudera Hindia (oceanic plate) yang bertemu
dengan Lempeng Eurasia (continental plate). Proses pengangkatan yang
terjadi pada Pleistosen Tengah terus berlanjut dengan intensitas yang tidak
selalu sama mengakibatkan daerah Semenanjung Blambangan terangkat pada
ketinggian lebih dari 100 m dpl. beberapa bagian puncak bukit karst terangkat
sampai ketinggian 300 m dpl. Sejak terangkat ke permukaan, batugamping mulai
mengalami karstifikasi.
Geologi dan Tanah
1. Geologi
Secara fisiografis Taman Nasional Alas
Purwo terdiri atas 4 unit bentuklahan yaitu, bentuk lahan fluvial, bentuk lahan organik, bentuk lahan marin dan bentuk lahan karst. Bentuklahan
fluvial menempati daerah bagian barat kawasan memanjang dari Teluk Pangpang
sampai ke Pantai Triangulasi. Bentuk lahan organik menempati bagian tepi taman
nasional, terbagi menjadi dua yaitu daerah mangrove dan terumbu karang dengan
luas yang belum dapat dipastikan karena bersifat sangat dinamik utamanya
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Bentuk lahan marin menempati bagian
tepi berasosiasi dengan bentuklahan organik, terbagi menjadi 5 macam bentukan
yaitu; Bura, dataran pasang surut, lagun, beting gisik dan gerong laut (marine
notch). Bentuk lahan karst menempati sebagian besar wilayah ini, mulai dari Gunung
Sembulungan, Tanjung Purwo, Tanjung Bantenan dan Teluk Banyubiru, terbagi
menjadi 3 bentukan utama yaitu; perbukitan gamping terkarstifikasi awal,
perbukitan gamping terkarstifikasi muda, dan perbukitan gamping terkarstifikasi
dewasa.
Formasi geologi pembentuk
kawasan Taman Nasional Alas Purwo berumur Meosen atas, terdiri dari batuan
berkapur dan batuan berasam. Pada batuan berkapur terjadi proses karstifikasi
yang tidak sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung (relatif
kering), serta batuan kapur yang diperkirakan terintrusi oleh batuan lain.
Jenis batuan kapur ini menyebabkan terjadinya sejumlah gua di kawasan Taman
Nasional Alas Purwo. Tidak kurang dari 44 buah gua telah teridentifikasi di
dalam kawasan.
2 . Tanah
Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis
tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan
Taman Nasional Alas Purwo umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang mengalir
sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat Taman Nasional yaitu Sungai
Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur,
Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge.
Hidrologi
Beberapa tahun terakhir ini
terjadi fenomena laut merah di teluk Grajagan yang airnya juga mengalir ke
segara anakan karena adanya Blooming alga. Blooming alga tersebut menyebabkan
banyaknya ikan yang mati. Fenomena tersebut tidak menutup kemungkinan dapat
berdampak terhadap kualitas air Segara Anakan. Selain itu wilayah perairan ini
merupakan wilayah ekowisata dan tempat para nelayan mencari ikan dengan
menggunakan alat transportasi berupa perahu mesin yang menggunakan bahan bakar
bensin. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahan bakar yang digunakan dapat
mencemari wilayah perairan Segara Anakan. Selain itu, ekosistem perairan ini
merupakan ekosistem terbuka yang tidak menutup kemungkinan mendapat limpahan
materi organik maupun anorganik baik materi yang dibutuhkan maupun yang
bersifat toksik bagi organisme, materi tersebut dapat berasal dari sungai maupun
dari laut.
Kualitas air adalah sifat
air dan kandungan makhluk hidup, zat, atau komponen lain di dalam air. Kualitas
air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika, kimia dan
biologi. Parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, padatan tersuspensi dan sifat kimia. Parameter kimia meliputi
pH, oksigen terlarut, dan karbon dioksida. Parameter biologi dilakukan dengan
melihat keberadaan organisme di dalam suatu perairan, seperti keberadaan
plankton, bakteri dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar